Minggu, 31 Juli 2011

Rahasia Zakat


RAHASIA ZAKAT*
*Ku: Asep Saeful Kholik, SHI


 


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ الزَّكَاةَ لِلدِّيْنِ اَسَاسًا, اَشْهَدُ اَنْ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ اِلَهًا وَّاحِدًا, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَـيِّدَنَا مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُصْطَفَى, اَللَّهُـمَّ صَـلِّ وَسَـلِّمْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اْلاَتْقِيَآءِ ﴿اَمَّا بَعْدُ﴾
Alloh SWT telah menjadikan zakat sebagai sendi keislaman, dan bahkan Alloh SWT telah menempatkan kalimat zakat setelah sholat, sebagaimana firmannya dalam surat al-Baqarah ayat 43, yang artinya:

Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat” (QS. Al-Baqarah : 43)

Nabi Muhammad telah bersabda:
بُنِىَ اْلاِسْلاَمُ عَلَى خمَسٍ: شَهَادَةُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, وَإِقَامُ الصَّلاَةِ, وَاِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَحِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً
Islam itu didirikan atas lima perkara; bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh SWT dan bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa dibulan Romadhan dan haji ke baitullah bagi orang yang mampu”
Selanjutnya, Alloh SWT telah menegaskan dengan peringatan keras terhadap orang-orang yang menyia-nyiakan dalam menunaikan kewajiban zakat, sebagaimana firmannya:

dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”(QS. At- Taubah: 34.)
Mufassirin sepakat bahwa kata INFAQ dalam ayat ini berarti Zakat!  (Jalalain: 159, al-Maroghi, Jilid IV hal.106)

RAHASIA ZAKAT SEBAGAI BAGIAN DARI SENDI ISLAM
Ada tiga tinjauan dalam menjelas-kan hal ini:
Pertama: sebagai manifestasi dari pengakuan ketauhidan kita terhadap Alloh SWT. Sebab ketika seseorang menyata-kan keimanan dan pengabdian terhadap Alloh SWT, tentu tidak ada hal yang lebih dicintai dari pada Alloh SWT , dalam hal ini terkadang harta dunia menjadi salah satu yang dicintai dan disenangi manusia sehingga menjadi penghalang dirinya dengan Alloh SWT, maka Alloh SWT menyuruh kepada umatnya untuk mendermakan hartanya sebagai bukti kecintaan terhadap Alloh SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat at-Taubah ayat 111

“Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubah:111)
Sehingga dari ayat diatas dibuktikan dalam lintas sejarah Islam bagaimana ketaatan, pengorbanan dan pengabdian orang-orang terdahulu yang beriman terhadap Alloh SWT. Sehingga Alloh menjanjikan surga sebagai imbalan bagi mereka yang berjuang dengan jiwa, raga dan hartanya dijalan Alloh SWT. Sebagaimana kisah Sy. Abu Bakr Siddiq, beliau menyerahkan seluruh hartanya guna kepentingan Islam, sehingga tidak tersisa satu apapun bagi dirinya sendiri (ini adalah tingkatan termulia).
Kedua: zakat sebagai sarana dan upaya untuk mensucikan diri dari sifat kikir (bakhil), karena sifat Bakhil merupakan bagian dari sifat-sifat yang membinasa-kan. sehingga orang yang menjaga atau membebaskan dirinya dari sifat kikir dinyatakan Alloh sebagai orang yang beruntung Sebagimana firman –Nya.
dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung” (QS. al-Hasyr:9)
Ketiga: zakat sebagai realita dari adanya rasa syukur ni’mat atas anugerah yang telah diberikan Alloh kepada hambanya, (Imam Ghozaly, Ihya Ulumuddin Juz I hal. 205)


TUGAS-TUGAS PEMBERI ZAKAT
Untuk menyempurnakan zakat kita, maka seyogyanya kita mengetahui tugas-tugas kita dalam menunaikan zakat, Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozally  rha. menyatakan, ada tujuh perkara yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang Muzakkiy, diantaranya:
a.    Menyegerakan zakat setelah tiba pada waktunya, hal ini dilakukan sebagai bentuk kegembiraan dalam menunai-kan segala perintah Alloh SWT.
b.    Menampakan Zakatnya, bila dengan demikian diyakini bisa membuat orang lain tergerak hatinya untuk mengikuti mengeluarkan zakat.
c.    Merahasiakannya. Karena dengan me rahasiakan zakat, infaq dan Shodakoh bisa menjauhkan diri dari sifat Riya’ (pamer) dan sum’ah (popularitas), untuk dua hal diatas Alloh SWT telah berfirman yang artinya:

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyem-bunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Baqoroh : 271)
d.    Tidak merusak nilai zakat/shodaqoh dengan menyebut-nyebut sesuatu yang dapat menyakitkan orang yang menerimanya, sebagaimana Firman-Nya yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)… “ (QS. Al-Baqoroh: 264)
Kata “al-Manni” mempunyai makna menyebut-nyebut shodaqoh yang diberikan atau meminta kepada orang yang menerimanya untuk meberitakan kepada orang lain atau menuntut pelayanan dari si penerima, seperti minta dihormati, dipuji, dll.
Kata “al-Adza” mempunyai makna menampakkan kepada orang lain atau menghinakan –dengan ucapan atau tindakan- terhadap sipenerimanya itu.
e.    Hendaknya si Muzzaky memandang pemberiannya itu bukan sesuatu yang besar, karena dengan memandang sesuatu dengan pandangan besar, itu akan lebih mudah menumbuhkan rasa kebanggaan dalam hati (ujub/takabur), yang akan membinasakan/menghapus pahala amalan kita.
f.     Memilih hartanya yang terbaik, paling disenangi dan paling bersih. Sebagaimana Firman-Nya, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkan-lah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqoroh: 267)
g.    Hendaknya memilih orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq) dengan tepat. Hujatul Islam al-Imam Ghozali, dalam Ihya kitab al-Asror al-Zakat, menerangkan sifat-sifat khusus untuk lebih menyempurnakan Zakat, Infdaq dan Shodakoh kita, diantara sifat-sifat yang harus ada pada diri penerima Zakat, Infaq dan Shodakoh itu adalah:
  1. Hendaknya orang yang taqwa.
  2. Hendaknya orang yang termasuk golongan akhli ilmu, Pendidik, peneliti dll. sebab dengan shodaqoh itu bisa menumbuhkan dan akan menunjang kemajuan keilmuan/pendidikannya.
  3. Hendaknya orang yang benar-benar berakhlak mulia.
  4. Hendaknya orang yang bisa menjaga kehormatan  (muru’ah) nya, tidak mengemis atau meminta - minta,
  5. Lebih mengutamakan orang-orang yang sudah berkeluarga.


SHODAQOH SUNAT DAN KEUTAMAANNYA
Banyak sekali hadits yang menerangkan tentang keutamaan shodaqoh, diantaranya sabda Baginda Rasul:
تَصَدَّقُوْا وَلَوْ بِتَمْرٍ
“bersedekahlah, walaupun hanya dengan sebiji kurma”
firman Alloh dalam al-Qur’an:
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4qŸ2¨9$# óOßgs9 öNèdãô_r& yZÏã öNÎgÎn/u Ÿwur ì$öqyz öNÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtóstƒ ÇËÐÐÈ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqoroh:277)

ANCAMAN TERHADAP ORANG YANG MENYIA-NYIAKAN ZAKAT/SHODAQOH
Firman alloh dalam al-Qur'an surat at-Taubat ayat 34-35 yang artinya:
34.  Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
35.  Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS. At-Taubah: 34-35)
والله اعلم